Rabu, 14 Desember 2011

Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan

Indonesia adalah negara yang amat luas, hingga memiliki begitu banyak pulau yang membentuk suatu provinsi dan menjadi sebuah tempat yg luas untuk kehidupan masyarakatnya. Saya sendiri termasuk penduduk Indonesia yang pastinya bertempat tinggal disuatu daerah. Kebetulan, saya seirng sekali merantau ke berbagai macam daerah sebelum saya tinggal di Jakarta sampai saat ini. Orang tua saya murni berdarah Minang, provinsi Sumatera Barat. Tapi bukan berarti saya menetap disana. Orang tua dari ibu saya, merantau dari Padang hingga tinggal di Medan, Sumatera Utara. Orang tua saya pun menikah disana, dan saya juga dilahirkan di Medan. Lumayan lama saya tinggal di sana, kurang lebih 5 tahun lebih. Masyarakat dan kebudayaan yg saya lihat di Medan, mayoritas menggunakan adat Batak. Ya, dengan logat Batak bercampur Melayu yg khas saya dibesarkan. Masyarakat disana memang terbilang memiliki sikap yg keras dan tegas. Karena saya bukan asli berasal dari Medan, jadi saya tidak begitu mengerti tentang kebudayaan disana. Tapi kurang lebih, saya melihat banyak sisi positif dan negatif dari daerah tersebut. Positifnya, dengan sikap yg tegas, masyarakat disana jadi lebih disiplin, lebih bisa diatur untuk lebih baik. Setiap anak-anak disana, sejak kecil memang sudah ditegas kan oleh kedua orangtuanya dan keluarganya. Namun, dibalik hal positif tersebut, hal Negatif yg saya lihat disana adalah sikap keras yg membuat kita takut saat melihat masyarakat Medan ketika sedang emosi. Mereka sangat sulit untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Mereka sangat mudah emosi ketika ada hal yg tidak dia sukai. Dalam berkatapun sangat banyak bahasa yg kasar.

Setelah lama di Medan, saya dan keluarg saya pun merantau ke Jakarta. Saat itu ketika saya berusia 6 tahun. Budaya yang mengakar di Jakarta adalah Betawi. Memang sudah dikenal sekali bahwa mayoritas masyarakat Jakarta pasti Betawi. Tapi kalau mereka yg benar-benar asli lahir disana dan sudah lama tinggalnya, merekalah yg disebut sebagai orang Betawi asli. Kebudayaan atau adat yg saya ketahui saat orang Betawi menikah adalah ‘Roti Buaya’, bisa dikatakan bahwa makanan tersebut termasuk bagian penting pada saat melamar. Orang Betawi juga memiliki gaya hidup mereka bersama satu keluarga penuh dengan bertempat tinggal disatu kampong/tanah yg luas dan dibuat beberapa rumah yang akan disinggahi oleh satu keluarga tersebut. Biasanya itu dilakukan oleh orang Betawi asli yg tinggal di suatu daerah tertentu di Jakarta. Hal positif yg saya ambil dari kebudayaan itu salah satunya adalah cara mereka yang benar-benar ingin dekat dengan satu keluarga besarnya dengan cara seperti yang tadi saya katakan. Dengan begitu, mereka lebih bisa mengikat tali silaturrahim sesame keluarganya satu sama lain. Sedangkan hal negatif yang saya lihat yaitu sama seperti kebudayaan di daerah Medan, Betawipun menggunakan logat/bahasa yg sedikit kasar menurut saya. Memang dari kedua daerah tersebut tidak menggunakan bahasa yg dalam arti benar-benar tidak sopan, namun hanya dalam cara berbicaranya saja yg keras dan tegas.

Padang, Sumatera Barat. Disitulah darah keturunan keluarga saya. Seringkali orang berfikir bahwa orang keturunan padang itu pasti pelit dan perhitungan. Menurut saya, pelit itu bukan berasal dari darah keturunan, melainkan dari sifat bawaan orang itu sendiri. Orang padang bukan pelit, tapi orang padang terkenal dengan bagaimana pandainya mereka untuk memanage keuangan agar tidak boros untuk hal yg tidak penting. Bukan berarti tidak ingin banyak mengeluarkan uang, tapi lebih berpikir untuk apa memebeli hal yg sebenarnya tidak dibutuhkan. Kebudayaan minang sendiri sangat banyak yg saya lihat dengan jelas. Dari tata bahasa dan logat yg khas, makanan yg khas, bahkan dalam penamaan marga nya yg unik. Jika kita ketahui didalam daerah Batak, Manado, dan daerah lain yg menggunakan Marga (nama keturunan dari keluarga), pasti yg membawa marga adalah anak laki-lakinya, dan selalu dipasang bersamaan dengan nama anak tersebut, tapi beda halnya dengan padang, keluarga kamipun memiliki marga, tetapi tidak dipasang bersamaan dengan nama yg diberikan dan tidak untuk anak laki-laki, melainkan untuk anak perempuan. Namun didalam keluarga minang, marga tidak begitu penting. Masyarakat minang sangat menyukai makanan yg pedas dan bersantan, karena itulah banyak sekali kita jumpai rumah makan padang yang penuh dengan cabai merah dan berkuah santan. Hal positif yg saya ambil yaitu bagaimana cara orang minang dapat memanage keuangannya. Terlebih lagi, mayoritas wanita berdarah minang beragama islam dan menggunakan jilbab. Itupun sebagai suatu bukti bahwa orang minang benar-benar memegang teguh agama islamnya. Untuk hal negatif dari kebudayaan minang ini saya belum begitu bisa mengetahui sisi negatifnya. Karena menurut saya, jika berbicara tentang tata bahasa minang, tidak kasar. Mereka menggunakan bahasa melayu yg halus. Tapi mungkin saya piker disetiap kebudayaan, pasti ada sisi negatif nya masing-masing, hanya saja sampai saat ini saya belum tahu betul sisi buruknya.

Jadi intinya, walau kita semua berasal dan berada dalam kebudayaan yang berbeda, memiliki sisi baik dan buruk masing-masing, memiliki cara yang khas disetiap daerah, tapi semua masyarakat Indonesia adalah satu kesatuan yang harus dijaga keharmonisannya. Bhineka tunggal ika, berbeda tapi tetap satu. Sekarang tinggal bagaimana cara kita menerima dan menyikapi semua perbedaan yang ada..

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Source: All Inside My Mind ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar